Rancangan Aplikasi Alat Tes Psikologi
I.
LATAR BELAKANG
A. Konsep
Teori
Seseorang seringkali merasa cemas terhadap sesuatu. Rasa cemas
yang timbul merupakan hal yang wajar dialami oleh siapapun, namun jika
kecemasan tersebut terjadi di luar batas normal apakah masih dapat disebut
wajar? Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa
Jerman anGst kemudian menjadi anxiety yang berarti
kecemasan, merupakan suatu kata yang digunakan oleh Freud untuk menggambarkan
suatu efek negatif dari keterangsangan.
Durand dan Barlow (2006) mengatakan
kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan
gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan
datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan
khawatir. Menurut Kaplan dan Saddock (1997) kecemasan adalah perasaan
kekhawatiran subjektif dan ketegangan yang dimanifestasikan untuk tingkah laku
psikologis dan berbagai pola perilaku. Kecemasan adalah suatu keadaan
patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda
sistem saraf otonom yang hiperaktif.
Menurut Carpenito (2000) kecemasan
merupakan keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit
(ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap
ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik. Menurut Ollendick (dalam De Clerq,
1994) berpendapat bahwa kecemasan menunjuk pada keadaan emosi yang menentang
atau tidak menyenangkan, yang meliputi interpretasi subjek dan rangsangan
fisiologis (reaksi badan secara fisik) misal: bernafas lebih cepat, jantung
berdebar-debar dan berkeringat.
Greenberger dan Padesky (dalam Emjifari, 2012)
menyatakan bahwa kecemasan berasal dari dua aspek, yakni aspek kognitif dan aspek
kepanikan yang terdapat pada seseorang yang akan dijelaskan sebagai berikut:
·
Aspek kognitif :
1. Kecemasan
disertai dengan persepsi bahwa seseorang sedang berada dalam bahaya atau
terancam atau rentan dalam hal tertentu, sehingga gejala fisik kecemasan
membuat seseorang siap merespon bahaya atau ancaman yang menurutnya akan terjadi.
2.Ancaman
tersebut bersifat fisik, mental atau sosial, diantaranya adalah (a). Ancaman
fisik terjadi ketika seseorang percaya bahwa ia akan terluka secara fisik; (b).
Ancaman mental terjadi ketika sesuatu membuat khawatir bahwa dia akan menjadi
gila atau hilang ingatan; (c). Ancaman sosial terjadi ketika seseorang percaya
bahwa dia akan ditolak, dipermalukan, merasa malu atau dikecewakan.
3. Persepsi ancaman
berbeda-beda untuk setiap orang.
4.Sebagian orang, karena pengalaman mereka bisa terancam dengan begitu
mudahnya dan akan lebih sering cemas. Orang lain mungkin akan memiliki rasa
aman dan keselamatan yang lebih besar. Tumbuh di lingkungan yang kacau dan
tidak stabil bisa membuat seseorang menyimpulkan bahwa dunia dan orang lain
selalu berbahaya. Pemikiran tentang kecemasan berorientasi pada masa depan dan
sering kali memprediksi malapetaka. Pemikiran tentang kecemasan sering dimulai
dengan keragu-raguan dan berakhir dengan hal yang kacau, pemikiran tentang
kecemasan juga sering meliputi citra tentang bahaya. Pemikiran-pemikiran ini
semua adalah masa depan dan semuanya memprediksi hasil yang buruk.
·
Aspek kepanikan : Panik
merupakan perasaan cemas atau takut yang ekstrem. Rasa panik terdiri atas
kombinasi emosi dan gejala fisik yang berbeda. Seringkali rasa panik ditandai
dengan adanya perubahan sensasi fisik atau mental, dalam diri seseorang yang
menderita gangguan panik, terjadi lingkaran setan saat gejala-gejala fisik,
emosi, dan pemikiran saling berinteraksi dan meningkat dengan cepat.
Pemikiran ini menimbulkan ketakutan dan kecemasan
serta merangsang keluarnya adrenalin. Pemikiran yang katastrofik dan reaksi
fisik serta emosional yang lebih intens yang terjadi bisa menimbulkan
dihindarinya aktivitas atau situasi saat kepanikan telah terjadi sebelumnya.
B.
Alasan Membuat Aplikasi
Aplikasi ini bertujuan untuk membantu mengenali gejala dini atau gejala
awal dari gangguan kecemasan atau anxiety
disorder karena baik disadari
maupun tidak, gangguan kecemasan banyak terjangkit pada orang – orang sekitar
kita namun sangat sedikit yang perduli akan hal ini. Diharapkan aplikasi ini
dapat membantu orang – orang yang tidak mengetahui adanya gangguan ini pada
dirinya untuk dapat menyadari dan juga memudahkan pengguna aplikasi ini
untuk mendapatkan bantuan profesional dari psikolog jika dibutuhkan.
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur secret chat
yang berfungsi agar penggunanya dapat berkonsultasi dengan pakar
psikologi/mendapat bantuan profesional dari psikolog tanpa merasa malu. Karena
banyak sekali orang yang ingin berkonsultasi dengan psikolog namun merasa malu
untuk mengungkapnya secara langsung. Setiap data yang bersifat prifasi yang
diterima oleh sistem aplikasi ini akan dijaga kerahasiaannya.
C.
Based APP : Mobile Apps
Aplikasi ini menggunakan Based App berupa MobileApps, yang
artinya pengguna dapat mengakses aplikasi ini melalui mobile/handphone. Alasan saya merancang aplikasi ini dengan mobile based apps adalah karena pada
jaman sekarang hampir semua orang mengakses segala sesuatu melalui handphone masing-masing, selain itu
untuk mempermudah penggunanya agar dapat mengikuti tes psikologi ini dengan
praktis kapanpun dan dimanapun, di kendaraan umum sekalipun.
II.
FLOWCHART
III.
DESAIN
INTERFACE
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 Penerjemah Monica Ester. Jakarta : EGC
De Clerq, L. (1994). Tingkah Laku Abnormal. Jakarta :
PT Gramedia
Durand, V Mark dan Barlow, David H. (2006). Intisari
Psikologi Abnormal edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Greenberger dan Christine A.Padesky. (2004). Manajemen
Pikiran. Bandung: Kaifa
Kaplan dan Sadock. (1997). Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri klinis. Edisi VII. Jilid II. Jakarta: Bina
Aksara.